Disaat sebagian orang sudah hilang, harapannya masih ada empati dari banyak orang yang punya etika lebih baik dari para perusak mental itu, tapi ternyata tidak banyak juga yang benar-benar paham apa yang kami (saya dan kakak-kakak OMK) suarakan untuk anak-anak baik dalam kejadian ini.
Mereka yang tidak ada di seputar panggung saat kejadian ramai berkomentar:
“anaknya sekarang udah senang aja kok pendampingnya masih sewot”
(sepertinya mereka lupa seorang anak juga bisa menyembunyikan perasaan dibalik senyum mereka, anak juga punya rasa malu jika terus-terusan terlihat sedih didepan umum, tidak semua anak bisa mengungkapkan perasaannya dengan jujur, bahkan pada orang tua.)
"ya maaf namanya manusia pasti pernah salah"
(sekali salah, dua kali salah pasti dimaafkan tapi kesalahan kali ini bukan hanya soal kesalahan tehnis, kesalahan kali ini adalah fatal karena mempermalukan dan melecehkan anak di bawah umur secara verbal didepan umum, lebih salah lagi mereka meremehkan anak-anak dengan cara minta maaf mereka yang dilakukan sambil tertawa dan teriak dari jauh)
"kan mereka sudah minta maaf, apa iya mereka harus sujud minta maaf sama kalian..?" (🙄🙄 membagongkan)
“ndak usah diperpanjang, ndak usah dibicarakan lagi, jangan jadi bumbu, jangan buat anak yang ndak ngerti apa-apa ikut emosi tak terkendali”
(tidak ada yang bermaksud memperpanjang, kalau mau diperpanjang dari kemarin saya bikin lebih ramai, jadi jangan ngasih pernyataan yang seolah-olah asumsi anda paling benar.
Mereka yang ndak melihat berarti bukan ndak ngerti apa-apa, kalau mereka emosipun buat saya adalah hal yang wajar, karena adik-adik mereka diperlakukan tidak pantas didepan umum, bukan oleh sesama anak-anak, melainkan orang orang-orang tua (bukan dewasa)
justru yang tidak emosi itu yang perlu didiskusikan, antara tidak bisa memahami jiwa anak atau bahkan tidak peduli dengan situasi mental anak dan mencari aman sendiri demi nama baik pribadi supaya dianggap bijaksana.
Sore setelah kejadian disiang harinya, ketua panitia itu mengirimkan hasil lomba dibeda cabang dan beda peserta yang sudah dilombakan satu minggu sebelumnya dan belum diumumkan, sedangkan panitia berencana mengumumkan pada H-7 sebelum acara puncak, tetapi tiba-tiba siang ini hasilnya dikirimkan ke pihak kami dengan bahasa:
"Untuk mungkin sedikit mengurangi kekecewaan, bahwa tim ***** ****** wilayah Anda mendapatkan nilai tertinggi 🙏🙏" kata bapak ketua panitia. (Haloow bapak ketua panitia, sedangkal itu memikirkan bapak, secetek itu menganggap kejadian siang tadi sebatas kecewa karena sebuah kekalahan...? Kasian sekali saya sama bapak.)
Disini ada yang berkomentar
"ya sudahlah, benar itu kesalahan panitia, tapi cukup itu aja ndak usah diperpanjang, toh ada hal baik juga kan yang dilakukan mereka kasih kabar baik ke kita" (itu bukan hal baik dalam kejadian ini, itu memang team kami yang seharusnya menang karena dapat point tertinggi, bukan karena belas kasihan) sama sekali ndak ada korelasinya.
Mereka pikir hasil lomba di cabang berbeda dengan peserta berbeda yang aturannya diumumkan minggu kemarin tapi diralat oleh panitia sendiri akan diumumkan satu minggu sebelum puncak, diberikan oleh mereka sekarang dengan maksud "mengurangi kekecewaan" anak-anak kami.
Sampai disini saya jadi ngerti. Mereka tidak paham sama sekali dampak apa yang sudah mereka timbulkan setelah perlakuan kurang ajar MC & juri yang mereka tugaskan itu kepada anak-anak dibawah umur ini, buat mereka kejadian ini sebatas menang atau kalah, marah karena kalah, sedih karena kalah. Mereka tidak tau sedalam apa rasa kecewa dan malu anak-anak ini karena dipermalukan.
Saya kasih contoh, supaya bisa memposisikan anak-anak MD (kalau masih punya empati)
* Lomba MD : A & B (dipermalukan dan dilecehkan didepan umum)
yang juara
*Lomba lari : C & D
*Lomba sepeda : E & F
*Lomba nyanyi : G & H
adakah peserta yg sama dengan MD dari para pemenang ini...? TIDAK..!!
Jadi gimana bisa dikatakan kemenangan perlombaan lain bisa mengobati kekecewaan dan rasa malu peserta MD, paakk....buukk.... ??!!
Kita bicara tentang anak-anak bukan tentang perasaan sekelompok orang dewasa yang punya ambisi mengumpulkan kemenangan dari berbagai lomba seperti yang kalian pikirkan.
Dengan kejadian ini saya jadi sangat paham, siapa yang benar-benar memperhatikan dan pendukung perkembangan anak-anak ini dalam hidup dan bertumbuh dalam kegiatan menggereja. Siapa yang hanya memikirkan nama baik pribadi dan kelompok supaya tampak dan dilihat pihak luar sebagai orang yang hebat dan sukses, sebagai orang yang bijaksana dan berhasil menciptakan perdamaian, tetapi tidak peduli gejolak batin yang ada dibalik semua itu. Memaksa semua bisa mengikuti maunya tanpa berpikir situasi dan kondisi orang lain.
Terima kasih atas dukungan bapak ibu yang sangat mengerti dan memahami esensi dari kejadian ini. Dalam Nama Yesus kami tidak akan lelah mendampingi anak-anak baik ini untuk bertumbuh dengan bahagia yang sesungguhnya. Tuhan Yesus berkati.
No comments:
Post a Comment