Sunday, August 3, 2025

Lunturnya Empati



















Disaat sebagian orang sudah hilang, harapannya masih ada empati dari banyak orang yang punya etika lebih baik dari para perusak mental itu, tapi ternyata tidak banyak juga yang benar-benar paham apa yang kami (saya dan kakak-kakak OMK) suarakan untuk anak-anak baik dalam kejadian ini. 

Mereka yang tidak ada di seputar panggung saat kejadian ramai berkomentar:

anaknya sekarang udah senang aja kok pendampingnya masih sewot” 
(sepertinya mereka lupa seorang anak juga bisa menyembunyikan perasaan dibalik senyum mereka, anak juga punya rasa malu jika terus-terusan terlihat sedih didepan umum, tidak semua anak bisa mengungkapkan perasaannya dengan jujur, bahkan pada orang tua.)

"ya maaf namanya manusia pasti pernah salah" 
(sekali salah, dua kali salah pasti dimaafkan tapi kesalahan kali ini bukan hanya soal kesalahan tehnis, kesalahan kali ini adalah fatal karena mempermalukan dan melecehkan anak di bawah umur secara verbal didepan umum, lebih salah lagi mereka meremehkan anak-anak dengan cara minta maaf mereka yang dilakukan sambil tertawa dan teriak dari jauh)

"kan mereka sudah minta maaf, apa iya mereka harus sujud minta maaf sama kalian..?" (πŸ™„πŸ™„ membagongkan)

ndak usah diperpanjang, ndak usah dibicarakan lagi, jangan jadi bumbu, jangan buat anak yang ndak ngerti apa-apa ikut emosi tak terkendali” 
(tidak ada yang bermaksud memperpanjang, kalau mau diperpanjang dari kemarin saya bikin lebih ramai, jadi jangan ngasih pernyataan yang seolah-olah asumsi anda paling benar. 
Mereka yang ndak melihat berarti bukan ndak ngerti apa-apa, kalau mereka emosipun buat saya adalah hal yang wajar, karena adik-adik mereka diperlakukan tidak pantas didepan umum, bukan oleh sesama anak-anak, melainkan orang orang-orang tua (bukan dewasa)
justru yang tidak emosi itu yang perlu didiskusikan, antara tidak bisa memahami jiwa anak atau bahkan tidak peduli dengan situasi mental anak dan mencari aman sendiri demi nama baik pribadi supaya dianggap bijaksana.

Sore setelah kejadian disiang harinya, ketua panitia itu mengirimkan hasil lomba dibeda cabang dan beda peserta yang sudah dilombakan satu minggu sebelumnya dan belum diumumkan, sedangkan panitia berencana mengumumkan pada H-7 sebelum acara puncak, tetapi tiba-tiba siang ini hasilnya dikirimkan ke pihak kami dengan bahasa:

"Untuk mungkin sedikit mengurangi kekecewaan, bahwa tim ***** ****** wilayah Anda mendapatkan nilai tertinggi πŸ™πŸ™" kata bapak ketua panitia. (Haloow bapak ketua panitia, sedangkal itu memikirkan bapak, secetek itu menganggap kejadian siang tadi sebatas kecewa karena sebuah kekalahan...? Kasian sekali saya sama bapak.)

Disini ada yang berkomentar
"ya sudahlah, benar itu kesalahan panitia, tapi cukup itu aja ndak usah diperpanjang, toh ada hal baik juga kan yang dilakukan mereka kasih kabar baik ke kita" (itu bukan hal baik dalam kejadian ini, itu memang team kami yang seharusnya  menang karena dapat point tertinggi, bukan karena belas kasihan) sama sekali ndak ada korelasinya.

Mereka pikir hasil lomba di cabang berbeda dengan peserta berbeda yang aturannya diumumkan minggu kemarin tapi diralat oleh panitia sendiri akan diumumkan satu minggu sebelum puncak, diberikan oleh mereka sekarang dengan maksud "mengurangi kekecewaan" anak-anak kami.

Sampai disini saya jadi ngerti. Mereka tidak paham sama sekali dampak apa yang sudah mereka timbulkan setelah perlakuan kurang ajar MC & juri yang mereka tugaskan itu kepada anak-anak dibawah umur ini, buat mereka kejadian ini sebatas menang atau kalah, marah karena kalah, sedih karena kalah.  Mereka tidak tau sedalam apa rasa kecewa dan malu anak-anak ini karena dipermalukan.


Saya kasih contoh, supaya bisa memposisikan anak-anak MD (kalau masih punya empati)

* Lomba MD : A & B (dipermalukan dan dilecehkan didepan umum)

yang juara 
*Lomba lari : C & D
*Lomba sepeda : E & F
*Lomba nyanyi : G & H
adakah peserta yg  sama dengan MD dari para pemenang ini...? TIDAK..!!

Jadi gimana bisa dikatakan kemenangan perlombaan lain bisa mengobati kekecewaan dan rasa malu peserta MD, paakk....buukk.... ??!!
Kita bicara tentang anak-anak bukan tentang perasaan sekelompok orang dewasa yang punya ambisi mengumpulkan kemenangan dari berbagai lomba seperti yang kalian pikirkan.


Dengan kejadian ini saya jadi sangat paham, siapa yang benar-benar memperhatikan dan pendukung perkembangan anak-anak ini dalam hidup dan bertumbuh dalam kegiatan menggereja. Siapa yang hanya memikirkan nama baik pribadi dan kelompok supaya tampak dan dilihat pihak luar sebagai orang yang hebat dan sukses, sebagai orang yang bijaksana dan berhasil menciptakan perdamaian, tetapi tidak peduli gejolak batin yang ada dibalik semua itu. Memaksa semua bisa mengikuti maunya tanpa berpikir situasi dan kondisi orang lain. 

Terima kasih atas dukungan bapak ibu yang sangat mengerti dan memahami esensi dari kejadian ini. Dalam Nama Yesus kami tidak akan lelah mendampingi anak-anak baik ini untuk bertumbuh dengan bahagia yang sesungguhnya. Tuhan Yesus berkati. 


Saturday, August 2, 2025

RIP Hati Nurani

 ❌❌❌

Selalu mendidik anak-anak untuk mau dan berani tampil/terlibat dalam acara apapun. Tidak perlu berambisi mengejar kemenangan tetapi harus memberikan penampilan maksimal. Jika penilaian akhir mendapat poin tinggi pada kriteria penilaian, bersyukurlah itu bonus kerja keras, jangan sombong dan meremehkan yang mendapat poin lebih rendah.


Tapi hari ini, Sabtu, 02 Agustus 2025, panitia HUT gereja dan Juri modern dance yang katanya profesional menghancurkan mental yang selama ini susah payah dibangun anak-anak. Anak-anak dipermalukan dan dilecehkan didepan umum oleh MC (panitia) dan Juri modern dance. Bukan itu saja, setelah keluhan yang disampaikan ke dalam forum ternyata tanggapan mereka lebih ke menyepelekan hal yang sudah terjadi dan melukai hati anak-anak, mereka hanya melihat inI sebuah kekecewaan karena kalah dalam lomba.


Sebelum tampil lomba, sudah saya sampaikan sama anak-anak:

" kalian siap ya, harus tampil maksimal, meskipun nanti ndak menang, tapi kalian udah keren apalagi pakai kostum yang keren ini, jadi harus percaya diri"

#Siyap mami#πŸ˜ŠπŸ€—


Melihat lawan utama mereka yang duduk di bangku SMA, sedangkan anak-anak ini masih duduk dibangku SD & SMP, apalagi kakak-kakak SMA ini sudah mengusai panggung dengan tarian yang luar biasa bagus karena latar belakang dance yang matang (ekstrakurikuler & ikut sanggar), saya kembali memberikan dukungan mental buat anak-anak ini:

" lihat mereka, mereka semua gedhe-gedhe dan memang sudah hebat di dunia dance, jangan minder, tetep harus tampilkan yang maksimal, kalian hebat udah sampai sini, kalau kakak - kakak SMA menang, itu sudah wajar, jangan sedih, jangan kecewa, jangan marah, karena mereka memang bukan lawan kalian. Next kita belajar lagi biar bisa seperti mereka"


Dan mereka tersenyum lebar meskipun hati mereka dagdigdug gugup parah karena mau lomba dengan lawan utama kakak-kakak dancer yang mereka lihat sudah pro. Sampai akhirnya mereka bisa tampil maksimal dengan support maksimal pula dari kami, dan mereka sudah jadi juara dihati kami. Terbaik buat kami. Kami bahkan mengabaikan poin penilaian juri karena kami tau anak-anak ini baru belajar. Mereka juara buat kami karena mereka sudah memberikan yang terbaik yang mereka punya.


Setelah selesai penampilan mereka tersenyum lebar, disambut pelukan hangat kami para pendukung utama, duduk di barisan penonton agar bisa melihat penampilan berikutnya dan berdecak kagum melihat kakak-kakak SMA yg dancenya keren-keren. Ada yang berbisik " keren bangeeeeettt....😍kita besok latihan lagi ya biar bisa kaya mereka😍 " dan akupun memeluk mereka.


Tibalah pengumuman, juara 3, juara 2, dan kami dalam keramaian menebak-nebak siapa nomor 1 karena kami sangat yakin bukan kami yang memenangkannya, sebaliknya kami justru yakin nama satu wilayah yang salah satu anggota dancenya adalah anak sanggar pasti jadi pemenangnya.


Tetapi diluar dugaan nama kelompok anak-anak ini disebut dengan lantang seorang Juri yang didampingi MC sebagai pemenang juara 1, sempat bengong tidak percaya sampai anak-anak histeris bahagia tidak percaya, berteriak, melompat berpelukan dan pada saat beberapa anak sudah mulai memasuki panggung, terdengarlah suara teriakan sambil tertawa " bukaaaannn...salaahhhh....πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„" Menertawakan sebuah kejadian yang buat mereka seperti lelucon, dan ketika kepalaku berpaling dari anak-anak melihat ke panggung, juri dan MC sedang melambikan tangan sambil tertawa berkata "maaaff...maaffπŸ˜„πŸ˜„..bukan kalian...maaaf..hahahahaπŸ˜„πŸ˜‚πŸ˜„πŸ˜‚...salaahhh...hahahahaaaπŸ˜„πŸ˜‚πŸ˜„πŸ˜‚"


jleeebbb......!!!

Seketika anak-anak berbalik dan kembali histeris tetapi kali ini menangis sekeras-kerasnya dalam pelukan kami, sembunyi dibalik dinding panggung, menutup muka sambil jongkok, semua hancur, kecewa, malu...., dalam pelukanku satu anak berkata " jahaaatt, kita dibohongi....,😭😭😭mereka jahaatt, kenapa kita ga jadi menang....mereka bohong...,aku maluuuu...😭😭😭😭 " seketika mulutku mengucapkan BANGS*T buat kalian MC dan Juri MD....!!!!


Bapak Ibu Juri dan para panitia yang saya anggap tidak profesional sama sekali.

Bisa kalian membayangkan situasi ini....??!!

Bisa kalian paham dan ngerti perasaan anak-anak ini....??!!

Pasti tidak....!!!!

Buat kalian tangis mereka dan amarah saya sebatas tidak terima karena kalah. Buat kalian kami lebay dan tidak sportif.


Maaf... kali ini saya harus bilang kalian GOBLOG....!!!! Kalian cuma mikir acara kalian sukses jika acara kalian meriah tapi kalian ndak tau kali ini acara kalian sukses menghancurkan mental anak-anak. Itulah kegoblogan kalian. 

Mau tau kenapa sekasar ini saya, karena setelah kalian permalukan anak-anak ini didepan umum, kalian masih bisa tertawa-tawa dan berkata :

"maaaf πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜‚πŸ˜‚ ga becanda kok ini, tadi ga sengaja πŸ˜„πŸ˜ salah baca...πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„" 

Pantas ga kalian menunjukkan sikap seperti itu buat anak-anak usia 8-12 tahun....??!! Anak-anak  yang sedang dalam posisi sedih kecewa dan malu karena kalian permainkan dan permalukan didepan umun.Kalian melecehkan anak-anak secara verbal, tanpa rasa bersalah.

Sampai disini masih mau bilang saya emosi karena kalah...??

Kalau masih beranggapan seperti itu, coba otak kalian dipakai buat mikir lagi, hati kalian dipakai buat merasakan lagi. Semoga kalian bukan mati otak dan mati rasa sampai ndak bisa membedakan dan membaca situasi diatas...


selanjutnya~~ tanggapan mereka yang ndak kalah bikin geleng kepala.