Sunday, April 24, 2011

Air Mata Kepedihan


















Saat aku mencoba menjadi wanita terbaikmu
Ternyata itu tak berarti buatmu
Begitu tanpa warna hubungan kita
Aku selalu terima semuanya
Saat aku tau ada orang ketiga diantara kita
Aku mencoba menerima
Tetapi saat kamu semakin tidak mau mengerti
Apa yang aku rasa
Itu membuatku sedikit jengah
.
..
Mungkin itu sedikit pengantar untuk membuka surat ini;

Surat ini aku tulis untuk suamiku “tersayang”
Aku semakin menyadari, bahwa semakin hari sikapmu terhadapku bukan semakin baik, tapi semakin tidak peduli. Aku hanya ingin kita bisa selalu tersenyum bersama demi matahari-matahari kita, tetapi ternyata usahaku mempertahankan kasih ini tidak mampu membuatmu bisa tersenyum untukku. Kamu justru semakin tidak peduli dengan apa yang aku rasakan karena semua yang telah kamu lakukan pada diriku.

Kehadirannya membuatmu menjadi buta pada apa yang sebenarnya harus kamu lihat. Orang ketiga…..sebutan itu bisa berarti siapa saja yang mencoba menjadi pengaruh buruk dalam hubungan kasih kita, siapapun dia yang pasti dia sudah menghancurkan apa yang sudah aku coba bangun dengan susah payah. Aku mencoba bertahan selama ini bukan dengan mudah, itu adalah hal yang teramat sulit buatku, sesuatu yang dengan susah payah aku coba pertahankan tanpa keluh-kesah walaupun sebenarnya hati ini menangis. Mungkin kamu dan semua orang melihatku tersenyum, namun aku tak bisa membohongi diriku sendiri, selama ini semuanya sangat menyakitkan. Dan sekarang setelah kehadirannya kamu semakin mudah menyakitiku.

Malam itu aku hanya mencoba untuk memohon sedikit dari pengertianmu untuk bisa lebih menghargai aku sebagai seorang wanita tepatnya sebagai istrimu, yang selama ini selalu berusaha ada saat kamu membutuhkan sesuatu. Tapi ternyata permohonanku terlalu besar buatmu. Kamu tidak terima dengan protes kecilku, kamu tidak terima dengan permohonan ringanku. Yang aku terima adalah sebaliknya, kesalahan yang kamu buat  tidak pernah kamu akui, kamu mengagungkan pendapatmu yang tidak lagi pedulikan pendapatmu itu menyakitkan atau tidak buat orang lain yang mendengarnya.

Saat aku menyerah dengan hubungan kita, dan aku hanya ingin supaya matahari-matahari kita selalu tersenyum ceria, aku hanya ingin meninggalkanmu sendiri bersama dengan keegoisanmu, dengan segala kemunafikan yang ada padamu. Aku ingin mencari kehidupan yang bisa membuat aku dan matahari kecilku bisa selalu tersenyum. Tapi ternyata semua itu juga tidak membuatmu sadar akan apa yang selama ini telah kamu lakukan pada diriku. Yang terjadi justru sebaliknya adalah kamu menggunakan tubuhmu untuk membuatku rubuh, kamu melemparkan tubuh lemahku, hanya dengan alasan aku tidak mendengarkan apa yang sudah kamu katakan. Kamu ingin menahnku untuk tetap bersamamu agar kamu begitu mudah menyiksaku.

Itu sungguh menyakitkan buatku, tetapi yang lebih menyakitkan adalah kamu melakukan semua itu di depan matahari-matahari kita. Sakit di dalam hatiku saat melihat mereka berteriak menangis melebihi sakit yang aku terima karena perlakuanmu. Bahkan setelah kejadian itu, tidak ada rasa penyesalan dalam dirimu, kamu merasa tidak pernah melakukan apapun terhadapku. Satu kalimat yang kamu sampaikan pada matahari-matahari kita
  “ayah tidak melakukan apapun, hanya ibu kalian saja yang merasa kalau ayah melemparnya, ayah melakukan itu terhadap ibu kalian, karena ibu kalian tidak mendengarkan apa yang ayah katakan..!!”

Suamiku “tersayang”…
Apakah kamu sadari, apa yang kamu lakukan malam itu telah membekas dan menjadi kenangan buruk buat mereka?
Saat tidak ada kamu, setiap dia melihatku duduk seorang diri mereka selalu bertanya;
  “ayah jahat ya bu..?? 
   ayah sudah lempar ibu ke lantai..??”
Sesaat aku tersenyum, tanpa mereka tau sakitnya hati ini mengetahui mereka mengingat semua yang mereka lihat malam itu, hanya menangis dalam hati yang mampu aku lakukan. Aku coba katakana pada mereka ;
  “bukan sayang….,ayah bukan melempar ibu, malam itu ibu terpeleset dan ayah berusaha menangkap ibu tetapi tidak berhasil”
Sekali lagi aku menagis dalam hati saat mereka memeluk erat tubuhku dengan tatapan sedih dan satu kalimat yang tak pernah kuduga bisa dikatakan oleh mereka…..
  “ibu….,mana yang sakit…?? Aku tidak mau sama ayah, ayah jahat udah lempar ibu. Ibu jangan sedih ya…, mana yang sakit.?? Aku sayang ibu…”


Suamiku “tersayang”…
Apapun yang aku katakan pada mereka tentang kamu, tidak akan pernah membuat mereka percaya, mereka lebih percaya apa yang sudah mereka lihat, dan sampai hari ini mereka masih menyimpan kenangan pahit malam itu. Taukah kamu ketika suatu senja mereka sedang berbincang satu sama lain,  adek berkata pada kakaknya;
  “ayah kita hebat ya kak, ayah kuat…ayah hebat bisa lempar ibu sampai tangan ibu patah”,
dan taukah kamu apa yang akhirnya dikatakan kakak tertuanya..??
dia katakan pada sang adik
“itu bukan hebat dek…tapi itu jahat, ayah sudah buat ibu menagis, ayah jahat,kita tidak boleh seperti ayah.”
Ibu mana yang bisa tenang mendengarkan percakapan seperti itu, hati ibu mana yang tidak menagis mengetahui luka itu ternyata ada dihati anak-anaknya…??
Apa yang akan terjadi kelak pada anak-anaknya jika mereka sudah besar nanti dan masih mengingat semua kejadian itu…??
Berfikirkah kamu semua akan menjadi seperti ini..??
Pedulikah kamu atas apa yang sedang mereka alami paling tidak (kalau kamu tidak mau tau apa yang terjadi padaku).

Tuhan…. Kalau saat ini aku boleh bertanya;
Apakah dibenarkan dengan alasan orang lain tidak mendengarkan apa yang kita katakan   lantas kita diperbolehkan berbuat sesuai apa yang kita mau….?
Apakah sudah kodratnya seorang istri harus tunduk terhadap semua yang dikatakan oleh suaminya meskipun suaminya bersalah…?
Apakah sudah takdirnya seorang istri harus tertunduk dan meneteskan airmata saat diperlakukan kasar oleh suaminya….?
Apakah kita masih harus tetap tersenyum disaat hati kita hancur tercabik-cabik oleh keegoisan dan kesemena-menaan orang lain…?

-------------------- **********--------------------

Beberapa kata yang mampu aku tambahkan untuk surat ini;
*kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi dalam sebuah hubungan.
*mengapa orang sangat sulit untuk mengakui sebuah kesalahan yang telah dilakukannya..???
*mengapa orang sangat berat mengucapkan kata “maafkan aku, aku telah bersalah” dengan tulus dari dalam hatinya..???
*haruskah semua masalah diakhiri dengan sebuah kekerasan, apapun alasannya itu akan sangat menyakitkan….
*jadilah manusia yang bisa disebut manusia sebelum Tuhan mencabut ijin kalian menjadi manusia.

No comments:

Post a Comment