Thursday, August 25, 2011

Emak......(pelajaran yang berharga)


Emak....
Demikian kami biasa memanggil wanita setengah baya, salah satu dari dua orang yang selama beberapa waktu kemarin sempat menjadi orang yang kupercaya untuk merawat de Twins. Sapaan akrab yang sengaja aku berikan, agar emak merasa dekat dengan kami, merasa menjadi anggota keluarga kami. Supaya emak tidak merasa hanya jadi "pengasuh" dirumah kami  melainkan  menjadi bagian dari keluarga kami.

Bersyukur aku mendapatkan emak, emak bisa begitu sayang sama de Twins, rendah hati, nrimo, dan ngga pernah mau bicara soal nominal pada kami. Semua itu bukan hanya didepan kami, dibelakang kamipun emak ternyata punya sikap yang sama. Semua begitu apa adanya, tanpa dibuat-buat. Mungkin semua karena emak berasal dari keluarga yang kurang beruntung, menikah dengan seorang pria yang menjadi "tukang bangunan", dan selama ini mendapatkan penghasilan hanya dari upah tukang suami tercintanya. Keluarga mereka tinggal didalam komplek perumahan kami. Bukan kontrakan, apalagi beli...., rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah kosong, rumah yang selama beberapa tahun ditinggal pergi oleh pemiliknya. Karena suami emak adalah tukang yang rajin dan rapi, dia tidak pernah berhenti mendapatkan tawaran pekerjaan sebagai tukang, tenaganya selalu kami butuhkan.  Itu juga sebabnya kenapa warga kami berinisiatif untuk memanfaatkan rumah kosong ini sebagai tempat tinggal keluarga emak, isi dan fasilitas rumahpun semua dari pemberian warga kami.

 (sekilas tentang emak) Emak mempunyai empat orang anak, semua tidak ada yang lulus dari sekolah dasar. Anak pertama menikah waktu berumur 14 tahun dan mengikuti suaminya, anak  kedua seorang gadis remaja yang bisa dibilang manis (de Twins biasa panggil dia teteh cantik) tidak sekolah dan sesekali menggantikan emak untuk jaga de Twins. Anak ketiga berumur 11 tahun, seorang laki-laki yang putus sekolah sejak kelas 2 SD dan sampai saat ini mengikuti sang Ayah menjadi kuli bangunan dimana ayahnya bekerja. Anak terakhir masih 3 tahun, gadis kecil yang sebenarnya pintar, karena dia hanya sedikit lebih muda dari de Twins sudah pasti dia jadi teman main sekaligus dedek cantiknya de Twins, namanya dedek Lia. Anak-anak emak pun memanggil Mami, Papi, pada aku dan suamiku dan Kakak sama de Twins.

Keluarga emak sudah seperti saudara bagi kami, untuk makan keluarga merekapun tidak jarang bahan makanan ataupun jika hari libur kami delivery makanan dari luar, kami selalu berusaha agar kami bisa berbagi apa yang kami makan dengan mereka. de Twins juga sangat mengerti bagaimana mereka harus berbagi apa yang mereka miliki dengan keluarga emak.

De twins sangat sayang sama emak, seperti mereka sayang sama nenek mereka sendiri. Emak pun tidak jauh beda dengan de Twins. Saat aku sekali waktu memberikan hukuman pasa de Twins, emak langsung pergi ke garasi dan ternyata emak menangis, tidak tega katanya melihat de Twins kena hukuman. Kalau kami sedang tidak dirumah dan de Twins membuat kesalahan, emak tidak pernah bilang pada kami karena emak tidak mau de Twins kena marah, apalagi sampai dihukum. Sampai akhirnya kami tau dari pengakuan de Twins sendiri pada sesi "pengakuan dan maaf"....*mrebesmili*

Sejak emak menjadi bagian dalam keluargaku perlahan kehidupan keluarga mereka sedikit membaik, itulah informasi yang sering mampir ditelingaku saat aku bertemu mereka diwaktu senggangku. Ada sedikit terselip rasa bangga dalam hatiku, mereka memperhatikan perubahan itu, tapi sesungguhnya rasa syukurlah yang memenuhi seluruh rasaku. Rasa syukur pada Tuhan, dalam kekuranganku aku masih mampu membuat keluarga yang tidak seberuntung aku bisa  tersenyum, didalam kelemahanku aku mampu memberikan kekuatan dan kebahagiaan buat mereka.

Sekian lama waktu berjalan dan aku dikagetkan dengan kondisi yangs angat berbalik dari apa yang sebelumnya aku tau. Emak tiba-tiba jadi matrealistis, perhitungan, berani bohong dan hal negative lainnya. Selidik punya selidik ternyata itu karena hasutan salah satu dari sekian banyak ibu yang sering ngobrol sama emak. Nggak pakai piker panjang aku ambil keputusan untuk selesai menggunakan jasanya.

Belum ada dua bulan emak keluar dari rumah kami, semua perlahan kembali pada kondisi semula. Saat aku dating ke rumah emak untuk sekedar memberikan emak bingkisan lebaran buat keluarga mereka, aku disuguhi pemandangan yang membuat mataku tiba-tiba memanas. Banyak cerita, pengakuan serta penyesalan dari emak yang mampir ditelingaku malam itu. Aku tak mampu berkata banyak selain satu kalimat yang semoga diingat sama emak
   “Kami ingin emak belajar, bahwa tidak semua cara bisa membuat kita bahagia”.
Aku tinggalkan rumah emak dengan perasaan penuh. Sedih, menyesal, kasihan semua bercampur jadi satu.

Malam itu adalah malam yang sungguh menyesakkan untuk aku pribadi, ada rasa menyesal dalam hatiku saat membuat emak tidak mengasuh de Twins lagi. Tidak ada yang tau tangisanku malam itu kecuali Tuhan. Semua rasa itu aku adukan pada Tuhan malam itu.
     “Tuhan…., maafkan aku karena sudah membuat “mereka” menderita, membuat mereka kembali pada situasi yang pernah “mereka” tinggalkan. Tuhan apakah pelajaran yang saya berikan pada mereka benar-benar sangat berat? Apakah kesalahanku ini masih bisa kuperbaiki? Masih bolehkah aku menebus kesalahanku dengan mengangkat mereka kembali untuk menebus semua kesalahanku??”

Mungkin benar jika ada kalimat ;
  “seseorang tidak akan merasa memiliki jika dia tidak kehilangan”
  “emak tidak tau betapa kami sangat menyayangi keluarga mereka sampai akhirnya mereka kehilangan kami, dan disitu mereka baru sadar bahwa ternyata selama ini kamilah yang sangat menyayangi mereka, mungkin bukan harta yang berlimpah yang kami berikan tapi sebagian dari kekurangan kami kami berikan untuk kebahagiann mereka”

Sekarang mereka bisa tersenyum kembali sejak aku dating untuk kedua kalinya dan kembali menerima permintaan emak untuk bisa menjadi bagian dari keluarga kami kembali dan kembali menjadi salah satu pengasuh de Twins. Saat yang membahagiakan saat melihat airmata haru emak dan teteh karena kami membuka tangan kembali bagi mereka.
Pesanku buat emak;
  “Jangan pernah jatuh dalam lobang yang sama untuk kedua kali ya ‘mak……, kami semua sayang sama emak, dan semoga Tuhan selalu mengijinkan kami untuk bisa berbagi kasih dengan keluarga emak.”