Wednesday, March 14, 2012

Langkahku di "Kuat Dalam Kepasrahan"


Mencoba melanjutkan share saya sebelumnya di "Jalanku Masih Panjang"

Tersadar dengan rasa sesak.
Tanpa mampu bicara banyak, tentang apa yang aku rasakan.
Beberapa tenaga medis mencoba mencari, apa yang harus "dipermak" dari tubuh ini. Sejumlah alat terpasang di tubuh ini, tapi tak satupun menimbulkan rasa berarti. Mati rasa atau kebas kalau orang awam bilang. Darahpun mengalir dari tubuhku berpindah ke dalam tabung-tabung pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan awal adalah suhu badan diatas rata-rata dan tekanan darah dibawah rata-rata.

"Observasi oleh para Dokter Spesialis akan dilanjutkan di Ruang ICU" begitu kalimat yang disampaikan Dokter waktu itu. PASRAH, mungkin itu yang mampu aku lakukan saat para tenaga medis memasang jarum infus dengan selang bercabang-cabang (berasa batang pohon :D).

ICU....
Cuma dua macam jenis pasien yang masuk ruang itu, yaitu pasien dengan kondisi koma dan pasien sadar dengan kondisi kritis yang badannya dipenuhi dengan berbagai macam kabel yang tersambung ke alat medis yang ada. Dan saya menjadi salah satu penghuni baru dalam ruang uji nyali dalam rumah sakit tersebut. Hanya terdengar nyanyian mesin-mesin penyangga tubuh yang sedang kami pakai. Dalam hati sempat terbersit sebuah tanya "haruskah aku menutup semua kisahku ditempat ini?"

Hampir semua perintah paramedis dalam ruangan ini aku iyakan karena kepasrahanku (mau gimana lagi, gerak aja ngga bisa ), tapi entahlah kekuatan apa yang sedang bersamaku ketika para suster cantik itu harus memasangkan alat bantu untuk makan melalui NGT (selang yang dimasukkan lewat hidung untuk membantu memasukkan makanan ke dalam lambung tanpa melalui mulut lagi) aku menolak dengan keras "nanti kalo foto ngga bisa nengok kiri kanan dong". Meskipun pihak paramedis telah meyakinkan aku bahwa aku tidak akan mampu menelan apapun karena ludahpun tak mampu masuk ke tenggorokanku. Tetapi sisi lain dari keyakinanku mengatakan "aku tidak butuh alat itu". Dan akhirnya dari pihak keluarga menandatangani surat penolakan pemasangan alat bantu medis.

Setelah semua terpasang aku minta pada pihak keluarga untuk meninggalkan aku sendiri di ICU karena buatku kedua matahariku yang saat itu aku yakin sedang gelisah menunggu maminya pulang lebih membutuhkan daripada aku. Meskipun pihak rumah sakit menyarankan setidaknya satu orang yang menunggu di ruang tunggu ICU tapi menurutku saat itu aku masih belum perlu untuk ditungguin.




*kembali harus istirahat....*
baca lanjutannya pada catatan Langkahku di "Hampir Gelap" .