Monday, March 12, 2012

Langkahku di "Jalanku Masih Panjang"



Marah sama Tuhan, mengutuk situasi,menyesali kehidupan, putus asa.... Mungkin saja iya, dan itu manusiawi. Tapi semua itu sudah bukan masaku untuk merasa dan bersikap seperti itu.
Meskipun aku mengakui pernah berada dalam semua situasi tersebut dalam suatu waktu.
Namun aku tak mau singgah pada rasa yang sama
Sangat menyakitkan dan teramat sangat menyiksaku.

Saat Salib itu kembali dipercayakan Tuhan padaku
Hanya berserah dan tetap tegak berdiri untuk selalu menjaganya.Ketika banyak orang disekitarku merasa sedih dan prihatin akan hal ini, inilah saatnya untukku semakin mengerti bahwa masih banyak yang menyayangiku. Dan disaat ada beberapa orang (mungkin) mencibir atau bahkan tertawa pada ketidakberdayaanku dan mengatakan ini adalah sebuah kutukan atau hukuman, inilah saatnya aku kembali meyakini bahwa apa yang aku alami adalah sebuah proses pembentukan dan penguatan Iman bagiku pada Tuhan.

Seperti biasa hariku disibukkan oleh aktivitas kantor yang (tumben) sedikit santai. Belum setengah hari terlewati, terasa ada yang mengganggu raga ini. Mencoba untuk tidak terlalu merasakan dan mengeluh, setelah sesaat kemudian dengan sangat terpaksa sekedar informasi tersampaikan dari mulut ini pada sahabat bahwa aku butuh istirahat sebentar.

Mencoba membaringkan raga ini yang terasa semakin lama semakin lemah. Kebaikan, support dan doa dari para sahabat dalam gedung itu yang membuatku mampu bertahan. Sampai akhirnya keputusan membawaku ke UGD pun tak dapat kutolak. Sebenarnya hanya ingin pasrah menyerahkan seluruh hidupku pada Tuhan, tetapi tiba-tiba bayangan "matahariku" memaksa aku untuk berusaha bangkit dari kelemahanku. Bukan berarti aku menentang kehendak Tuhan, tapi aku yakin Tuhanpun akan marah ketika umat-Nya hanya pasrah tanpa mau berusaha untuk bangkit dan bertahan.

Tidak lebih dari 30 menit tubuhku mengalami perubahan sangat drastis, dari segar bugar menjadi sama sekali tak mampu bergerak sedikitpun sampai aku tak merasakan sentuhan pada kulitku. Hanya dua yang kurasakan saat itu. Seperti ribuan binatang kecil yang sedang kelaparan dan semakin lama semakin buas memakan habis tubuh ini (baca: kesemutan ya..... hehheeheheheee....), dan semakin lama semakin sulit untuk bernafas. Dalam situasi itu kembali aku menyadari bahwa "ketika Tuhan inginkan satu hal terjadi pada kita, maka saat itu pula akan terjadi". Saat itu aku merasa masih mampu berucap sebelum ketidaksadaranku, kuminta pada para sahabatku "tolong Rosario-ku".

Sesaat setelah kuterima untaian Rosario putih itu, aku hanya mampu mengingat satu kalimat "Bunda Maria, Tuhan Yesus, kuserahkan yang terbaik pada-Mu" dan entah kemana jiwaku berkelana setelah itu aku tak mampu mengingatnya. Tetapi sekarang aku telah mengerti apa yang terjadi saat itu dari mereka sahabat-sahabat yang mengantarkan aku ke UGD, cerita yang mengalir, bahwa sepanjang perjalanan ke UGD mereka berusaha untuk membuat aku tidak terlelap, mencoba untuk selalu membuatku tersadar, akan tetapi ternyata dalam kelumpuhanku kala itu selama perjalanan itu pula bibirku tak perdah berhenti berucap kalimat doa.Dalam hati kukatakan terima kasih pada Tuhan karena ternyata aku masih bisa berharap pada-Nya dalam ketidaksadaranku.

 *saya istirahat dulu ya ... *
baca lanjutannya pada catatan Langkahku di "Kuat Dalam Kepasrahan" .