Monday, October 2, 2017

Sulitnya Berbuat Baik


















"ibu istrinya, adiknya, kakaknya, putrinya, keluarganya...?"
#bukan

"kok mau menolong dia sampai seperti itu ibu ada hubungan apa...??"
#saudara

"saudara apa..., sepupu atau gimana....??"
#sama-sama manusia.... (dan suster pun terdiam)

Ternyata susah ya mau berbuat baik dan menjadi "saudara" bagi kita yang sama-sama manusia.....harus jelas garis keturunan dan hubungannya.... kalo ndak jelas pasti dipertanyakan "ADA HUBUNGAN APA"

Bagi yang belum menyadari betapa banyak pertolongan Tuhan yang diberikan bagi kita melalui sesama akan sulit melakukan segala sesuatu bagi orang lain dengan keikhlasan....semua harus diperhitungkan "dia siapa saya" bukan "aku bisa berbuat apa"

Dan sesungguhnya ini alasan saya:
Matius 25:40
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku"


Menanti Sebuah Karma Dalam Sebait Penyesalan




















Perasaan seorang istri tidak pernah salah....

Berawal dari suami yang biasanya suka lagu rock tiba-tiba dia begitu menyukai dan sering menyanyikan lagu "How can I tell Her about you" "wonderful tonigt"...dan beberapa lagu yang berisi tentang kasih tak sampai. Saat ditanya jawabannya "enak nadanya". Perubahan minat lagu yang sangat drastis, dari belasan tahun aku mengenalnya dan baru ini aku tau kalo (katanya) dia suka genre musik seperti ini.

Semakin hari semakin kesini  dia mulai semakin cuek, tidak peduli dengan anak istri, tetapi semakin sibuk dengan penampilannya.  Komunikasi dirumah sudah sangat sangat jarang, kalaupun bicara hanya saat dia butuh suatu barang. Berbincang bersama istri aja malas, apalagi untuk menatap istri nya, mencium dan memeluknya.Begitupun dengan anak-anaknya, komunikasi yang terjalin sebatas tentang gadget, selebihnya...tidak sama sekali....

Bagaimana bisa dia katakan jika saat ini dia tidak sedang berkhianat, jika sedang berada diluar rumah entah itu bekerja ataupun karena ada urusan lain diluar rumah, dia sulit sekali dihubungi, jika menanggapi pun entah setelah berapa lama sms/wa  dikirim ke ponsel nya, kalaupun istrinya menelfon dia selalu menjawab "sedang rapat" dan cepat-cepat menutup ponselnya. Sedangkan semua tau ketika dia dirumah ponselnya tidak pernah lepas dari tangannya, sampai-sampai ke kamar mandipun ponsel tidak pernah ketinggalan. Jika ditanya, jawabnya selalu "biar ngga bete di kamar mandi", alasan klasik yang selalu diberikan oleh para lelaki yang sudah mulai menyembunyikan sebuah kebohongan dan takut ketahuan "permainan" nya diluar rumah.

Tetapi mau bagaimana lagi, aku  sebagai istrinya tidak punya kemampuan untuk bisa menuntut nya kembali seperti dia yang dulu. Kalaupun dia berpaling saat ini, aku tidak akan menahannya. Bukan karena aku tidak lagi mencintainya, tetapi karena aku tau, dia sudah bukan lagi lelaki yang pantas untuk menjadi pemimpin dalam keluarga kami, bukan lagi panutan yang pantas dicontoh anak-anak kami, karena dia bukan lagi lelaki yang bisa bertanggung jawab atas apa yang sudah diucapkannya dihadapan Tuhan, dia bukan lelaki yang bisa menepati janji yang pernah dia ucapkan sendiri dihadapan Tuhan. Laki-laki seperti itu kah yang pantas dipertahankan. Jika dengan Tuhan saja dia berani ingkar, apalagi dengan aku dan anak-anak kami yang hanya manusia biasa.

Pintaku pada Tuhan ku saat ini, "topang aku dalam kepincanganku saat ini Tuhan, aku tau aku tidak sendiri, Tuhan selalu merangkulku dan tidak akan membiarkanku jatuh dalam dosa perceraian meskipun hatiku telah hancur sehancur-hancur nya, karena aku mengerti hanya Tuhan yang selalu setia pada janji untuk selalu memeluk kami anak-anak Mu dan tidak akan meninggalkan kami sedetikpun"

Saat ini dan seterusnya yang harus aku lakukan hanya tetap pura-pura tidak tau akan semua kebohongan dan pengkhianatannya diluar sana.
Aku hanya tinggal menunggu waktu kapan saatnya tiba sebuah penyesalan itu datang dari hati nya, dan semoga jika itu terjadi semuanya belum "terlambat". Biarlah pernikahan ini hanya sebuah status tanpa ada keindahan didalamnya, asalkan anak-anak ku tidak hancur karena ego orang tua nya, meskipun cepat atau lambat mereka akan tau sendiri laki-laki seperti apa yang selama ini mereka panggil ayah.




Buat para lelaki diluar sana yang hobby "bermain api" jangan menyesal jika pada saatnya kamu sadari kesalahanmu, kamu sudah kehilangan segalanya.