Wednesday, January 20, 2016

Kebiasaan















Membiasakan yang benar bukan membenarkan sebuah kebiasaan....

Topik bincang pagi disalah satu stasiun tv swasta hari ini mengingatkanku pada sebuah kejadian yang bisa membuat mulutku bisu mendadak. Ketika ada seorang bapak minta tolong pasa si anak untuk mengambil sebuah pen/pensil.

Awalnya sih biasa aja...tapi ketika si anak mengulurkan tangan kanannya kepada sang bapak dan sang bapak mencoba menerimanya dengan posisi yang ndak bergeser dari tempat duduk semula, ada sedikit tanya aja dalam hatiku "kenapa si anak juga ndak mau maju juga".
Saat sang bapak mulai bicara dengan nada agak tinggi tapi si anak tetap ndak mau ngasih pen/pensil ditangannya, aku mulai berfikir bahwa "ada yang salah". 

Dan ternyata benar. Ketika sang bapak tau bahwa si anak ingin sang bapak MENERIMA DENGAN TANGAN KANAN BUKAN TANGAN KIRI seperti yang beliau lakukan saat itu, sang bapak bukannya merubah sikapnya dengan menarik tangan kiri dan mengulurkan tangan kanan tetapi justru marah dan tidak jadi menerima pen/pensil yang sudah dicarikan dan diberikan si anak.

Hanya prihatin atas "GENGSI" yang dimiliki oleh sang Bapak, yang sebenarnya tau bahwa dia salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya.
Jempol buat si anak yang tetap memegang prinsip melakukan dan membiasakan yang benar meskipun konsekwensinya tugasnya tidak mendapat tanda tangan sang bapak.
Moms & Dads....orang tua TIDAK SELALU BENAR, tapi orang tua SWLALU BERANGGAPAN LEBIH BENAR dari pada anaknya.

Hidup Baik

















Ada minimal 5 hal yang wajib kita lakukan 
jika kita ingin hidup dengan baik ;

1. Jangan menolak siapapun 
yang meminta pertolonganmu.

2. Jangan memikirkan untung dan rugi sebuah pertolongan 
   yang kamu berikan.

3. Jangan berharap orang lain mengakui keberadaanmu.


4. Jangan berharap orang lain akan memuji keberhasilanmu.


5. Jangan pernah "kapok" berbuat baik 

   meskipun kebaikanmu terkadang dibalas kejahatan.

Kedamaian Abadi






















Semua akan tiba pada waktu Nya....
Menyakitkan ketika kita "dipaksa" 
menyadari bahwa apa yang kita sayang dan (rasanya) miliki selama ini, 
diambil kembali oleh Pemilik yang sesungguhnya. 
Tetapi akan lebih menyakitkan 
ketika kita melihat orang yang kita sayangi 
kesakitan menahan rasa sakit yang tidak mampu terkatakan.

Semua sudah selesai dan tepat pada waktu Nya. 
Yang berpulang telah memiliki 
kedamaian dan kebahagiaan abadi. 
Kami yang ditinggal harus bisa bangkit 
untuk kembali melanjutkan perjalanan 
peziarahan dalam dunia ini. 
Dengan terus mendoakan 
yang telah berpulang dengan cinta yang tidak berubah.
Kembali tersenyum dan berjalan maju.

Bersyukur ketika kami mampu mengimani 
bahwa "kematian bukanlah sebuah kesedihan abadi 
melainkan awal dari sebuah kebahagiaan kekal 
bersama Pemilik yang sesungguhnya",
ada kesedihan dalam kematian, 
itu manusiawi, 
tetapi (bisa) bersyukur 
atas kebahagiaan kekal bagi yang berpulang 
adalah kewajiban umat beriman.


#29.11.2015
#peringatan3harimeninggalbabe
#damai_di_Surga_ya_Be…

Hidup Harus Berubah




















Beberapa malam kemarin dikagetkan oleh kedatangan salah seorang pelaku "child abuse", kalimat tulus yang terucap dari mulutnya membuatku semakin kagum karena keberaniannya mengakui kesalahan, dan minta maaf atas kesalahan yang sudah mereka perbuat.

"Tante, ****** turut berduka cita, maaf ****** baru datang sekarang karena tadi mau kesini masih rame, ****** masih takut & malu."
Terima kasih nak atas keberanianmu datang demi mengucapkan bela sungkawa atas orang yang pernah mengurus hidupmu beberapa waktu. Minimal itulah tanda terima kasih darimu buat beliau yang telah kembali ke Surga Nya.

Melihat para korban yang pernah dia & partnernya sakiti beberapa waktu lalu sedang sibuk bermain tanpa mengacuhkan kedatangannya (entah karena alasan apa, semoga karena mereka sadar karena tidak akan mendekati pembuat luka agar tidak kembali dilukai), dia pun kembali berucap dengan raut muka penuh penyesalan"adek-adek sepertinya masih marah sama ******, sekali lagi ****** minta maaf karena ****** & xxxxx sudah menghancurkan masa depan mereka berdua."

Ah nak....permintaan maaf dari kamu karena kesalahanmu itu sudah cukup, kamu tidak perlu memintakan maaf buat temanmu itu. Mau berdalih apapun dia kami sudah tau DIA BERSALAH dan tanpa permintaan maaf dari dia sekalipun KAMI SUDAH MEMAAFKANNYA, semua kami lakukan demi masa depan adek-adekmu.

Jika kamu masih terbebani karena "partnermu" dalam merusak masa depan anak-anak tidak bersalah ini, masih tidak mau mengakui kesalahan yang kalian lakukan, maka sekarang lepaskanlah bebanmu, karena Tuhan tidak akan menghukummu karena kesalahan "partnermu", tetapi Tuhan telah memaafkanmu karena kamu mengakui kesalahanmu dan bertobat atas kesalahanmu.