Tuesday, October 18, 2022

Andai Tuhan Ambil Rasa Cintaku

 







Adalah ketika aku sadar bahwa aku seorang istri tetapi terbatas pada istri yang hanya tercatat di atas kertas dan hanya ketika suamiku ingin mengakui aku sebagai istri saja.

Ya, istri tetapi posisiku hanya sebagai wanita pelengkap yang melahirkan dan mengasuh anak-anak kami, wanita yang menjaga rumah yang ditinggali bersama, sehingga suamiku bisa dipandang sebagai laki-laki yang sempurna.

Ya, begitulah kenyataannya, yang aku alami dan rasakan setiap harinya, karena ternyata seorang "aku" yang memiliki banyak kekurangan dimatanya, hanya bisa memiliki cintanya sebatas angan-anganku saja.

Dia suamiku tetapi lebih bahagia saat bersama teman kantornya dari pada bersama istrinya, yang tersisa untukku, wanita yang setiap hari melambungkan doa untuknya dan selalu menanti kedatangannya dirumah hanya tinggal menerima keluh kesahnya saja

Senyum dan canda tawanya lebih banyak pesona untuk teman kantornya dan buatku yang selalu menanti kabar baik dan sapaan manis darinya hanya mendapatkan raut lelahnya saja.

Waktunya habis untuk pekerjaan dan teman kantornya, untukku hanya kalau sempat. Jangankan saat di luar rumah, ketika dirumah saja waktunya habis bersama handphonenya, ya... sekali lagi dengan mereka untuk urusan kerjaan katanya, dan aku hanya bisa menunggu nanti jika ada sisa waktu sebelum dia terlelap dalam lelahnya.

Perhatiannya dikuras habis untuk pekerjaan dan teman kantornya, jika aku ingin mendapatkan perhatiannya ya aku harus mengemis perhatian dulu sama dia, menginjak harga diriku hanya demi mendapatkan sebuah perhatian dari suamiku sendiri. Tapi semanis apapun pesanku untuknya jawaban yang aku terima lebih sering jawaban yang seperlunya, yang diberikan daripada pesanku tidak dijawab meskipun pesan hanya dibuka tanpa dibaca isinya.

Sikap manis dan lemah lembutnya lebih sering untuk mereka yang berrelasi dengan dia di luar sana, dan buatku mendapatkan sikap cuek dan muka ketusnya karena aku mungkin dipandang suamiku tidak memiliki peran apapun dalam mensukseskan karir suamiku, justru setelah menikah dengannya aku adalah beban bagi kehidupan pribadinya.

Jadi, apa masih pantas aku mengaku sebagai istrinya? Aku sudah kehilangan rasa percaya diriku, karena kelemahanku.

Aku harus sesering mungkin melihat kaca dan berkata "tolong kamu tau diri siapa dan seperti apa kamu, jadi jangan terlalu berharap banyak pada suamimu, terima saja apa yang ada, syukuri saja kamu bisa hidup karena kerja keras suamimu, bersyukur kamu masih menyandang status istri dari nama besar suamimu, dan cukup berharap suamimu tidak mendepakmu untuk mereka yang lebih cantik dari dirimu sekarang menggantikan posisimu, jadi diam dan jalan seperti sebelumnya."



#sisilaindarisenyumseorangistri #sepertifilmtapinyata