Friday, March 16, 2012

Langkahku di "Hampir Gelap"


Kembali melanjutkan tulisan sebelumnya di "Kuat Dalam Kepasrahan"

Belum sampai 10 jam aku terbaring diruangan ini dengan asesoris kabel dan selang diseluruh tubuhku. Terdengar dari sudut ruang para suster sibuk dengan seorang pasien yang kondisinya semakin melemah. Huuuft...., mau tidak mau perasaankupun ikut tercabik saat tidak berapa lama keluarga pasien masuk ke ruang itu dengan jeritan pilu tak jarang teriakan berbagai kalimat penyesalan, amarah, dan segala pertanyaan pada Tuhannya.

Seketika itu, bayangan kedua orang tuaku, suamiku, anak-anakku, saudara dan teman-temanku silih berganti memadati otakku. "Aku tidak mau mereka yang menyayangiku tersakiti karena kepergianku, Dalam Nama Yesus aku pasti mampu melewati semua ini, karena saat aku percaya pada-Mu, tidak ada yang mustahil bagi-Mu."

Seperti sepenggal syair dari sebuah lagu pujian ;
  "Bagai induk rajawali yang mengajarkan anaknya  
   terbang, seperti itulah engkau bagiku bapa,
   setiap hembusan badai adalah latihan bagi
   kekuatan sayapku, aku akan terbang tinggi
   dan semakin tinggi."
Apa yang saat ini aku jalani adalah sebuah proses untuk membuatku semakin kuat menghadapi hidup ini, bahwa Tuhan ingin aku lebih mengerti bagaimana menghargai sebuah kehidupan dengan selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan, bahwa Tuhan ingin aku lebih dekat dengan-Nya, mengandalkan-Nya dalam berbagai persoalan dan sakitku. Karena hanya dalam nama-Nya aku akan tetap mampu bertahan.

 Tanpa terasa jam pergantian petugas paramedis dari dinas malam dan pagipun berganti, tapi raga ini masih seperti masih tak bertulang dan tak ada aliran darah. Mencoba menggerakkan bola mata ini kesamping untuk mampu menggerakkan kepalaku, tapi belum ada hasilnya. Tidak munafik jika dalam ruang inilah air mataku terkuras, bukan untuk bersedih tapi lebih pada sebuah permohonan belas kasih akan campur tangan Tuhan dalam pergumulan ini.

"Kita coba minum susu ya bu", seteguk mampu kutelan dengan perjuangan yang melelahkan, tetesan kedua mungkin aku terlalu bersemangat sehingga mambuatku kembali seperti tak bernafas. Samar-samar terdengar teriakan "tidak ada keluarganya" dan akupun kembali sendiri dalam jalan ini. Sepi, masih belum ada sahabat, hanya kabut tipis menutup pandanganku pada arah didepanku. Teramat jauh perjalanan ini, tapi tidak tau kemana aku akan mengakhiri langkah kaki ini.
*tunggu sebentar yaaa.....*
baca lanjutannya pada catatan Langkahku di "Alam Berkabut" .