Wednesday, April 18, 2012

Meraba Rencana Tuhan


Beranjak pagi tapi mata ini masih belum mau bersahabat dengan mimpi.
Bukan karena rasa kantuk yang tidak mendekatiku, tetapi lebih pada otakku yang tidak mau berhenti berfikir, dan hatiku yang tiba-tiba menjadi sedikit galau *halaah*.

Rabu, 18 Maret 2012, seorang sahabat mengundangku kembali untuk bersama bersyukur , memuji, dan memuliakan Tuhan dalam Persekutuan Doa di Kapel Paroki Santa Klara. Kali ini kami sekeluarga berangkat semua. Bukan kesengajaan, tetapi lebih pada tidak ada yang bisa nyolek aku berangkat bareng malam ini, hehheheeeee....

Doa dan pujian seperti biasa mengalir diiringi alunan musik yang lirih. Indah ketika kami menyebut nama "Yesus" dengan keyakinan. Agung ketika kami percaya dan sujud hormat bagi Dia.Bait demi bait kalimat kami puji nama-Nya, kata demi kata kami rangkai untuk bersyukur dan meminta dalam nama-Nya. Sampai saatnya penyembahan akan mukjijat-Nya, kurang lebih pukul 20.30 WIB,  bisikan Aviel membuatku membuka mata: "mami, kok salib-Nya ilang, ngga ada disitu...??"

Mencoba tenang dan masuk dalam fikiran anak lelakiku, "Salib yang mana kak..??" Meski sebenarnya jantung ini rasanya berhenti berdetak. Hilang semua konsentrasi doaku kali ini.
"Itu lho Mi, yang tadi ada di kotak itu, kok ngga ada..!!",tegas Aviel sembari menunjukkan jarinya pada tempat Salib di bawah Tabernakel, dan saat itu juga mata jasmaniku jelas-jelas melihat Salib itu masih tegak berdiri ditempat semula.

"Kemana Mi salib-Nya..??", masih dengan pertanyaan yang sama karena Aviel memang belum mendapatkan sebuah jawaban dariku. Tanpa berfikir lagi kalimat "ngawur" pun keluar dari mulutku, "Salibnya sudah ada dihati kakak, karena Tuhan Yesus sayang sama kakak". *gleg*...benarkah itu...??!! (Adakah yang bisa membantu aku mendapatkan jawaban dari semua peristiwa ini)

Tanpa terasa, aliran hangat itu mulai tercipta, penuh tanda tanya, antara khawatir dan berserah, mencari arti dari kejadian itu, baik atau buruk bagi anakku. "Apa yang ingin Tuhan sampaikan pada kami orang tuanya, apa yang sudah Tuhan rencanakan bagi Aviel?" Entahlah. Karena disini sekali lagi kepasrahanku, dan keyakinanku dipertaruhkan kembali dihadapan-Nya.

Sampai acara Doa malam itu selesai aku masih tak mampu mengerti. Bahkan ketika hal itu aku coba ceritakan pada pimpinan Doa dan anggota Persekutuanpun aku masih tak bisa mengerti. Aku hanya ingat bahwa aku pernah menyerahkan kedua "matahariku" ke tangan Tuhan. Untuk Tuhan jadikan perpanjangan tangan, biji mata dan penyambung lidah Tuhan di dalam hidup menggereja (baca: Pastur).

Membuatku teringat kembali ketika mereka berdua lahir, kami memberi nama mereka berdua dengan harapan yang sangat indah (yang udah tau ngga usah baca lagi, capek :D)
VERCELLIO AVIEL ELEANOR yang memiliki arti "Anak Allah yang terang benderang,bercahaya dan penuh belas kasih" dan VERCELLIO ELLYSON DARREN yang memiliki arti "Anak Allah yang kuat dan hebat".

Aku hanya berharap semoga peristiwa yang Aviel alami adalah peristiwa baik. Tetapi apapun artinya, yang pasti itu adalah tanda dari Tuhan bahwa hanya Tuhan yang punya kuasa atas apa yang sudah kami miliki bahkan anak-anak yang sudah Tuhan titipkan dan percayakan pada kami. Tuhan mengingatkan kami bahwa kehendak Tuhan atas kami pasti terjadi, mengingatkan pada kami akan tanggung jawab terhadap anak-anak kami.

"Tuhan Yesus,  kuserahkan jalan hidup kedua anak kami kedalam tangan-Mu, jika Engkau berkehendak mereka menjadi perpanjangan  tangan-Mu untuk mengajarkan belas kasih, menjadi biji mata-Mu untuk melihat semua kebenaran, menjadi penyambung lidah-Mu untuk mewartakan Firman-Mu, kami akan mempersembahkan mereka kepada-Mu dengan suka cita. Biarlah mereka boleh menjadi terang dunia terutama bagi Gereja-Mu, seperti arti dari nama yang kami berikan untuk mereka. Amin."

Friday, April 13, 2012

Langkahku di "Hidup Baru"


Mencoba menyelesaikan tulisan sebelumnya di "Langkahku di "Dalam Nama-Nya" "


Udara pagi dalam sebuah kebebasan, lembut, dingin dan teramat menyegarkan. Tempat ini tidak pernah membuat aku bosan untuk menyapa. Lembah Karmel, sebuah tempat yang damai, jauh dari keramaian dan kesesakan kota. Tempat yang selalu memberikan senyum bagi siapa yang datang kesana. Pastur, Frater dan Suster yang tinggal disana selalu menyapa dengan senyum tulusnya. Seperti tak ingin meninggalkan tempat ini lagi.


Datang dengan sebuah kelemahan dan kekurangan dan pergi dengan sukacita. Masih belum mampu bebas menari dengan tubuh lemah ini. Sebuah keterbatasan untuk tetap memohon dan berharap pada Tuhan. Pujian demi pujian mengalun dari suara-suara emas, tenang dan menyentuuh hati. Semakin yakin akan datangnya Roh Kudus. Semakin percaya akan campur tangan Tuhan.


Mukjijat itu turun atasku.
Ketika Misa Adorasi berjalan, Romo Yohanes Indrakusuma O.Carm yang saat itu memimpin Misa Adorasi mengatakan dari altar bahwa "Tuhan sedang menjamah seorang ibu yang selama ini retinanya cidera", sempat terbersit rasa tidak yakin bahwa itu adalah saya sampai tiba-tiba saya merasakan seperti ada tangan yang memaksa mengangkat tubuh saya untuk berdiri dan melepas kacamata, dan ketika saya melihat ke altar saya melihat Romo Yohanes Indrakusuma O.Carm sedang memberikan berkat ke arah saya dengan kedua tangannya dan Dalam Nama Yesus dengan perantara Romo Yohanes Indrakusuma O.Carm saya mampu melihat Romo Yohanes Indrakusuma O.Carm yang saat itu jarak saya dengan altar kurang lebih 30-35 meter dengan sangat jelas tanpa menggunakan kacamata.

Dan pada saat Romo Yohanes Indrakusuma O.Carm mulai memberikan kami berkat bersama dengan membawa Monstrance (Sakramen Maha Kudus) yang melambangkan Yesus Kristus, kembali terdengar doa dari para suster dan frater dari altar bahwa "Tuhan akan menjamah dan menyembuhkan sesak nafas dan kelumpuhan kaki kanan seorang ibu berumur 32 tahun" Saya masih saja duduk tertunduk bersyukur karena Tuhan telah baik sekali menyembuhkan mata saya, sampai saya merasakan ada seseorang yang memaksa saya untuk berlutut, saat itu juga kedua kaki saya yang tadinya hanya mampu saya saya seret, saat itu mampu menopang badan saya tanpa sesak nafas seperti beberapa minggu terakhir, dan saya baru menyadari bahwa didepan saya sudah berdiri Romo Yohanes Indrakusuma O.Carm dengan membawa Monstrance dan beberapa Romo memberikan berkat Tuhan pada saya.
Terima kasih Tuhan Yesus, kakiku lepas dari kelumpuhan ini, terima kasih Tuhan Yesus Kau angkat sesak dalam dada ini, terima kasih Tuhan Yesus Kau buat aku kembali melihat indahnya dunia meskipun tanpa alat bantu lagi.Terima Kasih Tuhan Yesus.Kuasamu bekerja atasku.Amin

Tidak ada yang lebih indah dari percaya, tidak ada yang lebih tenang dari berdoa, tidak ada yang lebih kuat dan berkuasa yang melebihi Kuasa Allah. Mintalah maka akan diberikan. Percayalah maka akan di indahkan. Jangan hanya mengandalkan Tuhan saat kita sudah tidak mampu berkata-kata, tetapi memulai segala sesuatu Dengan Nama Tuhan. Terima kasih untuk doa dan dukungan dari semua saudara, sahabat dan teman-teman semua. 

Ayat penyembuhanku: 
20:4Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya:
20:5"Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN.
20:6Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku."

--- S E L E S A I ---
















Tuesday, April 3, 2012

Langkahku di "Dalam Nama-Nya"


Sorry kelamaan lanjutan catatan sebelumnya di "Alam Berkabut"


Ternyata diagnosa dokter sebelumnya terbukti. Aku terkena SGB atau (SINDROMA GUILLAIN-BARRE). Keterangan dokter pada keluarga membuatku membelalakkan mata. Ada dua hal yang ditawarkan dokter untuk pengobatan bagi penderita SGB . Yang pertama adalah memberikan obat gamamune dan yang kedua adalah Plasmaparesis .


Salib ini sangat berat. Sakitku yang lama masih belum teratasi, sekarang Tuhan memberikan aku satu cobaan yang tidak kalah berat dan menyakitkan. Puluhan hingga ratusan juta biaya yang akan aku habiskan untuk bisa kembali normal seperti semula. Belum rasa sakit yang akan aku terima saat proses pengobatan itu berjalan.Terbayangkan masa depan anak-anakku yang pasti akan tertelantarkan karena besarnya biaya yang harus dihabiskan dalam pengobatan sakit ini.


Penyerahanku pada Tuhan terus berlanjut, dan aku semakin tidak berani mendikte Tuhan. Aku tau Tuhan selalu mempunyai jalan yang terbaik bagiku, dan karena-Nya kuserahkan semua hanya pada-Nya.
      "Ya Tuhanku dan Allahku, jauhkanlah segala hal yang menjauhkan
        aku dari pada-Mu, Ya Tuhanku dan Allahku, berikan segala yang
        kuperlukan untuk menemui Engkau, Ya Tuhanku dan Allahku,
        ambillah aku dan jadikanlah milik-Mu".
Doa penyerahan yang terakhir pada Tuhan ini yang selalu terngiang dalam otakku. Silih berganti bayangan kehilangan, kesedihan dan kemarahan memasuki otakku.


Kalau sampai dua kali aku hampir datang di rumah Tuhan tetapi Tuhan masih mengembalikanku kedalam kehidupan, itu artinya Tuhan punya rencana lain setelah keberhasilanku mengalahkan sakit ini. Ya.....Tuhan pasti ada rencana yang lebih indah dari hidupku sebelumnya. Doa, semangat, dukungan dari mereka yang dekat denganku saat itu yang membuat aku bangkit dari keterpurukan itu. Aku tidak mau keluargaku, orang-orang yang aku sayang jatuh dalam hutang hanya untuk biaya "jatuh"ku ini. 


Dalam Nama Yesus, aku mampu memaksa belajar bergerak, mulai dari jari tanganku, jari kaki, kepala dan perlahan bertambah baik untuk telapak tangan, telapak kaki, dan mampu menggerakkan bagian tubuhku satu demi satu. Satu persatu alat mulai dilepas dari tubuhku, dan semakin ringan bebanku semakin kuat pula aku berusaha untuk bisa "lari" dari tempat ini. Yang biasanya dilewati penderita SGB lainnya dua minggu di ICU mampu aku lewati dalam waktu tiga hari dan sehari di HCU, kemudian akupun dipindahkan ke Unit Stroke.Hanya tiga hari aku pastikan pada ketiga dokterku bahwa aku sudah mampu beraktivitas dirumah, dan dengan syarat aku harus bedrest selama satu minggu kedepan akupun mengantongi surat ijin pulang.Waktu perawatan di Rumah Sakit yang tadinya diprediksi mencapai satu sampai tiga bulan telah mampu aku lewati dalam waktu satu minggu.


Pertanyaan terakhir yang disampaikan dokter adalah "minum obat apa kamu bisa secepat ini menggerakkan badanmu ?". Tidak ada obat selain dari rumah sakit tersebut yang aku minum kecuali "Hosti" yang diberikan oleh seorang Pastur yang datang di hari Minggu itu. Tuhan telah datang pada saya dalam rupa roti dan Dia telah membuat saya bangkit untuk mewartakan kabar gembira ini. Kuasa Tuhan segalanya bagi saya. Dan senyumku terkembang disaat suster-suster cantik itu memberikan jempol mereka atas semangat saya dan mengatakan bahwa; "kepercayaan Ibu pada Tuhan, mengandalkan Tuhan dan penyerahan diri pada Tuhan yang menjadikan Ibu sembuh".

--- therapy dulu ya.... ---
baca lanjutannya pada catatan Langkahku di "Hidup Baru" .